OKI, Meteorsumatera – Kepala Desa Celikah, Kartiwan menyatakan permintaan maafnya dan menyesali aksi penyerangan yang dilakukan oleh sebagian warganya terhadap ketiga wartawan media cetak dan online, saat melakukan peliputan acara rapat di Kantor Desa Celikah, Kamis sore (28/3/2019) sekitar pukul 16.00 WIB.
Menurut Kartiwan, tindakan warga itu dipicu oleh ketidaksenangan warga kegiatan rapat membahas sanksi adat bagi dua warga setempat yang kepergok selingkuh pada Rabu (27/3) sekitar pukul 02.00 WIB di kediaman wanitanya itu di fhoto dan diberitakan wartawan.
“Memang benar, namun ini masyarakat sudah bilang, pak jangan di fhoto dan diberitakan kami lagi rapat desa bersama masyarakat. Tapi tidak dihiraukan, hingga masyarakat sendiri yang memberikan teguran,” sebut Kades Celikah, saat dikonfirmasi Kamis malam, seraya menyayangkan kejadian yang telah menimpa rekan-rekan media tersebut.
“Kami sangat menyayangkan kejadian yang menimpa rekan-rekan media,” tandasnya singkat.
Sementara itu, sebelumnya pasca terjadinya aksi penyerangan terhadap ketiga wartawan OKI, yakni Mat Bodok (40) dari Harian Sriwijaya Post, Sanfriawan (43) media online Kabar Rakyat Sumsel, dan Wahid Aryanto (35) dari media online Klikberita, ketiganya langsung melakukan visum dan melaporkan tindakan tersebut ke Polres Ogan Komering Ilir (OKI).
“Usai visum para korban kita dampingi ke Polres OKI untuk melaporkan kasus ini. Tugas peliputan juga diatur oleh Undang-Undang, tidak ada yang bisa melarang,” tegas Plt Ketua PWI Kabupaten OKI, Lidia Sinaga bersama Bambang Samudera SH dan Sekjen IWO, Romi Maradona SHi saat mendampingi ketiga korban melapor ke Polres OKI.
Dikatakan Lidia, pihaknya akan membawa permasalahan tersebut ke jalur hukum.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, tiga orang wartawan yang bertugas di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), nyaris tewas diamuk massa saat melakukan tugas peliputan rapat di Kantor Desa Celikah, Kecamatan Kayuagung, Kamis sore (28/3/2019) sekitar pukul 16.00 WIB.
Rapat yang dilakukan warga Celikah beserta para pemangku adat setempat membahas sanksi adat bagi dua warga setempat yang terpergok selingkuh pada 1 (satu) hari sebelumnya.
Beruntung, ketiga wartawan media cetak dan online di Bumi Bende Seguguk ini berhasil kabur dari kepungan ratusan warga yang mulai beringas dan sempat memukuli ketiganya hingga mengalami luka memar di bagian kepala dan robek di bagian bibir akibat terkena pukulan massa.
Menurut keterangan salah satu korban, Mat Bodok, awalnya mereka datang ke Kantor Desa Celikah berempat, hendak meliput rapat membahas sanksi adat bagi pasangan yang kepergok selingkuh. Namun, ada warga yang menyodorkan absensi dan ditolak karena bukan termasuk warga Celikah.
“Absensi itu untuk warga Celikah yang menghadiri rapat desa membahas sanksi adat pasangan selingkuh yang kepergok kemarin malam, jadi saya tolak. Lalu warga lainnya yang melihat saya mainan HP berteriak sudahlah, jangan nak ngetik-ngetik dan saya jawab tidak, karena memang tidak sedang ngetik berita, tapi lihat facebook,” ungkap Mat Bodok usai melakukan visum di RSUD Kayuagung.
Tak lama kemudian, lanjut Mat Bodok, tiba-tiba warga lainnya berteriak agar mengusir wartawan sehingga memancing warga yang ada di lokasi dan mengepung ketiganya sembari melakukan pemukulan.
Walaupun sempat mendapat pukulan di bagian belakang kepala, Mat Bodok yang merasa nyawanya terancam, langsung melarikan diri ke dalam Puskesmas Celikah yang berada berseberangan dengan Kantor Desa.
Tak cukup sampai disitu, warga yang sudah terprovokasi dan terpancing emosi kemudian terus melakukan pengejaran terhadap Mat Bodok yang berupaya menyelamatkan diri. Sedangkan dua wartawan lainnya, yakni Sanfriawan dan Wahid yang juga sempat mengalami pemukulan di bagian pipi dan bibir ini diselamatkan warga setempat yang pro agar permasalahan perselingkuhan itu diberikan hukuman adat dan diarak keliling kampung.
Sementara warga yang melakukan penganiayaan terhadap wartawan diduga warga yang kontra terhadap sanksi adat. (g-wijaya)